SEBERAPA BESAR CINTA SEORANG IBU?

By Abdullah Abus - 7:05 AM


Beberapa waktu lalu, saya melihat seorang ibu menuntun anaknya di rumah sakit. Dia mendekati loket obat kemudian duduk sebentar. Saya sempat tak memperhatikannya. Tapi saat sekilas melirik, ternyata ada sesuatu yang miris terjadi pada anak itu. Anak itu menderita keterbelakangan mental.
Saya prihatin melihatnya. Karena memang banyak juga anak2 SLB sering lewat depan rumah bersama ibunya masing2. Walau saat saya ajak obrol mereka tidak nyambung, tapi itu cukup menyenangkan. Sehingga sebuah kesadaran menampar saya.
Seorang ibu. Seorang ibu tak pernah mengeluh bagaimanapun keadaan dan kondisi anak yang dilahirkannya. Mereka malah bersyukur dan menyunggingkan senyum sumringah. Seakan-akan ingin mengatakan pada dunia, “Lihatlah anakku yang luar biasa ini!”
Kau tahu sahabat, tak ada cinta seorang manusia (dari kalangan manusia biasa seperti kita) yang lebih besar daripada cinta seorang ibu pada anaknya (untuk ibu yang masih waras).
Tak kenal pamrih, tak kenal lelah, tak peduli fisik dan banyak lainnya. Berapa butir nasi yang sudah kita makan dan itu hasil buatan ibu? Berapa jumlah ‘harga’ masakan yang kita makan dan itu hasil buatan ibu? Oh, betapa kurang bersyukurnya kita. Kita terlalu picik untuk sekadar bisa ‘melihat’ ibu kita.
Saya ambil contoh.
Saat kita melihat ibu tidak sesuai dengan yang kita harapkan, kita berkata: “Aku ingin ibu lebih hebat”, “Aku ingin ibu mengerti aku”, “Aku ingin ibu bijaksana dan cerdas” dan kata2 keluhan lainnya.
Sadarkah kalau kita beruntung masih memiliki seorang ibu apapun kondisinya?
Tahu apa kita tetang hal yang ingin ibu berikan sebagai hal terbaik yang ia anggap baik? Tahu apa kita tentang hati ibu yang lembut saat mendengar keluhan kita? Walau ibu tak sempurna, mereka sudah mencoba untuk jadi sempurna. Bekerja keras mendidik kita dari kecil dengan ilmu yang terbatas. Mengolah otak saat tak punya uang untuk sekadar belanja dan memasak.
Saya memang bukan orang yang sangat berbakti pada orang tua, tapi saya adalah orang yang belajar menjadi sangat berbakti pada orang tua.
Ibulah yang mengandung, menyapih, menyuapi, memandikan, antara hidup dan mati saat melahirkan. Selalu yang pertama dan terakhir demi keluarga.
Uh, saya masih picik. Kenapa tak melihat orang yang tak lagi memiliki ibu? Yang berharap bertemu dengan ibu hanya dalam mimpi? Atau bertemu kelak di Surga-Nya yang indah.
Sudah seberapa kenalkah kita dengan ibu kita? Mungkin hanya 1% saja. Kita belum mengetahui 99% dirinya yang luar biasa. x__x

*Ini bisa diterapkan pada Ayah, Bibi, Paman, Saudara, Ibu asuh atau seseorang yang sudah rela dan ikhlas merawat kita. Jangan kotak2an pemahaman ini sahabat.
**Terinspirasi dari tulisan Bang Tere Liye.

Wallahu a’lam.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments