Kesempatan. Apa itu kesempatan?
Entahlah, saya pun tak tahu
pasti arti sebenarnya. Tapi saya yakin banyak orang yang telah mendapatkannya.
Apatah itu baik maupun buruk. Tak bisa dinafikan lagi, kita pun berharap itu
terjadi (dan fitrah manusia pasti selalu ingin yang baik-baik).
Itulah yang saya dapatkan dulu.
Lepas acara kelulusan, dari amplop SK itu saya mendapati beberapa brosur untuk
kuliah. Lupa lagi saya namanya, yang pasti beberapa universitas itu memberikan
beasiswa karena melihat nilai akademis saya ‘bagus’. Tentu saja saya
menyeringai. Macam mana saya terpikirkan untuk kuliah? Dari pihak saya, kaki
ini melangkah mundur. Menolak.
Orang tua? Mendorong sekali! Mereka
ingin anaknya kuliah. Biar pintar. Nanti kerjanya enak. Dan membuat bangga anak
keturunan kelak.
Entahlah saya jahat atau tidak
(sudah pasti jahat lah), saya menolak untuk kuliah. Mengapa? Dulu saya itu
orangnya inferior. Sangaaaaaaaat inferior. Jangankan untuk kuliah, kerja pun
tak kuasa bermimpi. Ah, dulu saya tak mengerti apa itu impian. Yang saya tahu,
ya entahlah.
Saya pun sebenarnya merasa heran
dengan nilai ujian saya yang bagus itu. Bahkan saya dinobatkan sebagai juara
kelas. Saya hanya menunduk dan mencibir diri sendiri kalau saya seharusnya tak
mendapatkan nilai sebaik itu. Lha, memangnya siapa saya? Bahkan takut saat
kuliah nanti, saya terlihat yang paling bodoh. Maklum, dulu saya kuper 1.000%.
Kalau sekarang? Entahlah.
Menyesal? Tentu saja saya
menyesal sekarang. Kenapa dulu begitu bodoh menolak kesempatan yang jarang
dirasakan banyak orang. Menjadi orang
yang cakap dan matang di dunia kerja kelak. Bahkan lebih ‘ngenes’ saat tahu
kalau saya tak ‘sebodoh’ yang saya kira dulu. Benarlah kata2 bijak itu.
“Penyesalan selalu datang terlambat.”
Bahagia? Tentu saja bahagia. Mungkin
kalau saja saya masuk kuliah dulu, entah hidup saya seperti apa nanti. Dengan
keluguan dan kepolosan saya dulu, saya yakin pasti akan terjerat dunia
kejahatan, jauh dari agama dan segala macam ketidak elokkan lainnya.
Jadi, apa itu kesempatan. Cari
tahu lah sendiri.
Saya yakin semua pasti ada
hikmahnya. Seburuk apapun yang kita alami. Saya telah ditolong Allah. Kini saya
juga ingin kuliah beneran. Mau di UIN SGD Bandung, SyaHid Jakarta atau
universitas agama lain pun tak masalah. Karena saya ingin melihat dunia luar
yang luas dan memiliki banyak teman untuk diajak berdakwah.
Lalu apa itu impian?
Sang waktu yang akan
menjawabnya.
Wallahu a’lam.
0 comments