SIAPA SIH MEREKA?

By Abdullah Abus - 7:05 AM


Pengalaman ini terjadi saat saya masih PKL bulan terakhir. Waktu itu pemahaman agama saya kurang. Ah, bahkan al-Qur’an pun tak tersentuh. Tak PD pula membacanya. Padahal jelas-jelas saya masih bisa membacanya.
Ini berawal dari salah satu karyawan (laki-laki) tempat saya PKL yang mendekati saya. Mengajak berangkat bareng, pulang juga bareng, ngasih teh botol, makanan de el el. Beberapa minggu kemudian kami mulai dekat.
Tapi saya agak kesal padanya. Pelan sekali dia menjalankan motor. Macam siput nak balapan di Moto GP. Pergi-pulang seperti itu. Dan sekarang saya tahu kenapa kalau menjalankan motor itu harus stabil. Tidak terlalu ngebut, juga tidak terlalu lambat.
Suatu hari, Pak Er (nama samaran, saya lupa nama aslinya) mengajak saya bertandang ke rumahnya. Tak ada yang aneh. Tapi ke suatu harinya lagi ke depan (memaksakan gaya bahasa), Pak Er meminta saya untuk ke suatu tempat. Jadi dia minta izin khusus untuk saya ke atasan. Padahal waktu itu jam kerja. Saya sedang asyik pula kerja di mesin CNC. Saya hanya manggut-manggut, tak curiga. Dengan mantap, kami berdua meluncur ke Jalan Peta. Saya diminta menunggu di depan sebuah toko besar (namanya lupa lagi) di pinggir jalan. Sementara itu Pak Er cabut ke tempat kerja lagi. Dia juga berpesan agar sabar menunggu sebuah mobil datang. Saya masih tak curiga.
Bayangkan, satu jam saya menunggu. Saya mendumel. Macam mana nih, atuh bagaimana kumaha ieu teh bray? Lama sangat bin nian mobil itu datang. Saya yang sudah tak sabaran, jalan mondar mandir. Melihat mobil-motor lalu lalang. Langit biru bertaburkan awan putih yang melenggang di atas kepala yang jaraknya entah berapa kilometer. Jangan lupakan sinar mataharinya juga ya. Begitu menusuk sampai ke kulit ari. Saya bagaikan selembar daun yang meranggas kering lalu tertiup angin dan jatuh ke kubangan lumpur laksana kerbau di cocok hidungnya yang mandi di sawah sendirian di tengah oase antah berantah di ujung bumi yang terisolasi lantas sekarat macam cacing kepanasan di lumpur lapindo yang panas lalu hilang di telan bumi dan masuk ke daftar manusia yang musnah dari daftar penduduk (lebaay).
Eh, ternyata eh ternyata. Yang datang malah motor. Saya cemberut lah. Setelah berkenalan sebentar, dia seperti membawa kabar buruk. Hati saya mencelos.
“Tunggu sebentar ya. Mobilnya lagi di jalan. Nanti gampang aja. Kamu tinggal salaman dengan Kyai yang ada di dalam mobil. Lantas mengucap SYAHADAT saja.”
Saya murka seketika. Apa?!!!! Saya lalu meminta pulang.
“Tunggu sebentar. Hanya sebentar, kok. Nanti kalau sudah syahadat kamu langsung pulang kok.”
Saya dulu tidak mengerti agama dengan benar, tapi diajak SYAHADAT lagi, di dalam mobil pula, saya takut. Setelah saya memaksa lagi, saya di antar balik ke tempat PKL. Saya hanya bungkam di depan Pak Er. Bahkan tersenyum pun malas. Saat pulang, saya melotot dan mengomel di atas motor ‘siput’nya.
“Maksud Bapak apa?” tanya saya nyolot.
“Kamu cuma sekadar syahadat saja. Tidak lebih.” Pak Er salah tingkah.
“Saya nggak suka dengan hal seperti itu. Saya benar2 nggak suka dengan yang seperti itu.”
Selama perjalanan, hening. Tak ada percakapan. Kami pun tidak lagi dekat. Saya menjauhinya. Setelah cek n ricek, ternyata teman PKL saya juga dibegituin. Di ajak SYAHADAT doang sih, tapi bayangkanlah kalau sahabat ada dalam posisi saya dulu. pasti takut juga kan.
Walau Pak Er sering bertamu ke rumah setelah itu, saya tetap menghindar. Pura2 tidurlah, pura2 ga mau keluar kamar lah, de el el. Pak Er sebenarnya baik banget, hanjakal (sayangnya) ada yang aneh pada dia. Ya masalah itu. Lepas PKL, kami tidak bertemu lagi. Beruntung saya tidak punya HP masa2 sekolah. Kalau punya pastinya bakal di teror kali. Mereun.
Itulah kejadian aneh saya dulu. Alhamdulillah, Allah masih melindungi saya dari mereka.

Wallahu a’lam.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments