Jawa Banget (Resensi Kumcer Dilarang Mencintai Bunga-Bunga)

By Abdullah Abus - 2:08 AM

Oleh : Abdullah Abus


Judul : Dilarang Mencintai Bunga-Bunga
Penulis : Kuntowijoyo
Penerbit : Noura Books
Cetakan : Pertama, Juni 2016
Jumlah Halaman : -
Ukuran : -
ISBN : 978-602-385-024-2

Kumpulan cerpen ini adalah Jawa. Siapa yang membacanya, mungkin akan menjadi Jawa. Kuntowijoyo berhasil menggambarkan latar sosial masyarakat Jawa dengan baik sebagaimana karya-karyanya yang kental dengan rasa Jawa.

Sebenarnya, cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga memenangkan penghargaan dari sebuah majalah sastra, lalu dikompilasikan bersama cerpen yang lain dan dibukukan oleh penerbit Firdaus pada tahun 1992. Bersyukurlah penerbit Noura memiliki inisiatif untuk menerbitkan ulang buku ini.

Ada 10 cerpen yang panjang di dalam buku ini, mungkin karena saya terbiasa membaca cerpen koran jadi rasanya itu panjang. Ternyata memang beliau sering menulis cerpen panjang.

Ada beberapa cerpen yang saya sukai; Segenggam Tanah Kuburan, Samurai, Sepotong Kayu untuk Tuhan dan Burung Kecil Bersarang di Pohon.

Semua cerita memiliki ciri khas sendiri, namun tidak meninggalkan rasa Jawa dan pesan dakwah, kecuali cerpen Burung Kecil Bersarang di Pohon, lebih mendekati cerita sufi.

Saya pernah membaca di sebuah buku yang mengomentari cerpen tersebut. Si komentator menggelengkan kepala membacanya, karena ceritanya sangat kuat dakwah Islamnya, tapi termasuk dalam ranah religiositas. Karena latar Kuntowijoyo yang Islamis, maka tidak aneh jika dakwah Islam selalu diselipkan pada tiap cerpennya. Kalau tidak secara langsung, tentu melalui perumpamaan.

Allah Mahatahu Lan Mahapaham

Ada satu hal menarik dari sembacaan saya akan cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan karya Kuntowijoyo. Cerpen itu serasa menginspirasi saya akan ketauhidan kepada Allah. Dengan cerita yang sederhana, Kuntowijoyo berhasil meramu ceritanya jadi menarik.

Cerita ini hanya terdiri dari dua tokoh utama, seorang kakek tua pemilik sebuah kebun kecil di pinggir sungai dan seorang pemuda tukang potong kayu.

Jadi, ceritanya begini, si kakek mendengar ada pembangunan masjid di kampungnya, maka tergeraklah hatinya dan dia merasa ingin ikut menyumbang juga. Namun begitu mendengar bahwa orang-orang memberi sumbangan semen, tanah, uang dan lain sebagainya, si kakek berkecil hati. Apa yang dia miliki? Kebunnya hanya kebun-kebunan, sementara si nenek, istrinya yang biasa memegang uang, sedang pergi keluar kampung selama beberapa lama. Si kakek hanya ditinggalkan uang secukupnya, yakni cukup untuk makan sehari-hari saja.

Cerita mulai seru saat beliau melihat sebuah pohon besar yang telah lama tumbuh di kebunnya. Muncullah ide untuk menyumbangkan pohonnya saja.

Dari judulnya sudah bisa terbaca apa yang akan disumbangkan si kakek. Tapi, hal tak terduga terjadi selama cerpen berjalan. Saya tidak akan memberitahukannya, itu namanya spoiler. Dan itu terlarang. Haraaam ya akhi wa ukhti, haraaam! Lol.

Sekali lagi, karya-karya Kuntowijoyo adalah Jawa. Mau itu buku sastra atau buku sejarahnya. Maka tidak heran, kekuatan Jawanya sangat kuat ditopang oleh paham agamanya yang baik. Walaupun hampir setengah masa hidupnya dalam keadaan sakit, tapi beliau tetap berkarya dan mau mengajar di universitas.

Sebuah sosok yang jadi teladan, dalam ranah agama, sastra maupun sejarah. Siapapun itu, harus mengenal beliau.

Saya akan memberi nilai 4.5/5 untuk kumpulan cerpen ini.

Bonjourno! Gratzie! Arivadenci!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments