Bismillahir
rahmanir rahim
Assalamu’alaykum
wa rahmatullah wa barakatuh
Sedikit cerita
nih. Kayaknya asyik kalau cerita mah. Berhubung saya tukang nulis, ya sudah
lebih baik saya menulis saja. Ini perjalanan saya dengan Islam. Maksudnya saya
benar2 komitmen ingin mendalami Islam.
Saya lahir
dalam keluarga muslim yang sederhana (Alhamdulillah). Di bidan tepat saat adzan
Shubuh berkumandang. Walau begitu, tidak artinya saya menjalani hari2 dengan
penerapan syariat Islam. Karena orang tua dari Jawa yang tinggal di pedalaman,
mana mungkin kenal syariat sebenarnya. Yang ada hanya kenal shalat saja. Amalan
lain tak tahu, jadi karena itu masa kanak2 saya kurang begitu menyenangkan (tak
perlu diceritakan juga kali ya, atau lain kali aja ceritanya).
Hari berganti
hari. Hari dirajut menjadi bulan. Dan bulan ditenun jadi tahun. Tibalah hari2
dimana saya muak dengan kebodohan saya akan agama. Dan Subhanallah, berkat
sahabat saya, saya jadi ingin mendalami Islam dengan kaffah. Alhamdulillah.
Saya mulai dengan
membaca2 buku. Dan ternyata sekarang saya baru tahu kalau buku2 yang saya baca
dulu itu buku2 salafi (yang benci salafi; ampe tega2nya bilang sawah; pasti
negatif ke saya). Dan saat saya baca, Alhamdulillah tak ada yang ganjil. Bahkan
menurut saya itu menambah pengetahuan Islam saya yang masih sedikit. Silakan
cari buku2 karya Ust. Hartono Ahmad Jaiz (satu2nya yang masih saya ingat
penulisnya ^^).
Saya jadi tahu
kalau ada JIL di indo, kebobrokan pemerintah dari dulu dan lain2. Termasuk
pemahaman sesat yang sedang gencar2nya di Indo. Itu pun gara2 sipikasebeleun
JIL. Ah, saya rasa Islam mudah untuk
dipelajari. Dan ternyata salah besar! Saya mulai dibingungkan oleh keributan
umat Islam soal khilafiyah. Sungguh, saya pusing dengan itu semua dulu. Sampai
suatu ketika, saya bertemu lagi dengan teman kerja saya dulu, yang
Alhamdulillah pemahaman agamanya lumayan baik. Saya jadi mengerti akan
khilafiyah, namanya Bang Adi S’diward (biarin make bang juga ya :D).
Ah, saya pun
sedikit demi sedikit paham dengan Islam melalui FB. Ya, dari situ pemahaman
yang baik, tidak ‘ashobiyah, menempa diri saya. Saya pun nyaman dengan itu
semua. Tapi setelah diteliti, dulu FP yang saya ‘Like’ tu tentang nikah semua.
Saya pun keblinger. Akhirnya saya hentikan cari ilmu lewat FB. Beralih ke media
lain.
Salah satunya
adalah acara Damai Indonesiaku. Lewat acara itu saya cari ilmu. Lumayan, walau
sekarang sudah saya tinggalkan karena tema2nya sudah tidak enak di hati lagi.
Kemudian beralih ke Wisata Hati di ANTV dengan gurunya Ust. Yusuf Mansur
(dengan izin Allah, saya nggak sengaja mindahin ke acara itu). Disitu saya
mulai sedikit demi sedikit hapal ilmu ketauhidan dan lain2nya. Sekarang
ditambah dengan Chatting dengan YM.
Perjalanan
selanjutnya, saya mulai mendengar MQ Fm. Subhanallah, radio yang satu ini
benar2 merubah hidup saya (walau saya belum benar2 berubah pesat). Senangnya
mendapat bimbingan Allah untuk belajar di radio itu. Acara favorit; Manajemen
Terapan bersama Ust. Rahmat Puryodo dan Kang Iya, Problematika Umat bersama
Ust. Khozin Abu Faqih, lalu Kajian Ma’rifatullah langsung dari masjid DT
bersama Aa Gym.
Walau begitu,
saya rasanya masih kurang sreg. Saya butuh guru. Maka dari itu saya
berkeinginan untuk kuliah atau pesantren. Walau itu belum tercapai, insya Allah
nanti akan terwujud.
Mungkin karena
saya baca macam2 buku berbagai paham, jadi saya memiliki paham yang campur2 dan
tentu saja saya tidak bergolong2an (dengan congkak dan sombong). Saat saya
ditanya, “Islamnya apa?” Ya saya jawab, “Saya Islam.” Dan pertanyaan tentang
ormas berlanjut sampai saya bilang dengan tegas, “Saya Islam.”
Subhanallah,
Maha Benar Allah. Untuk menjadi saleh itu sulit. Jujur, tahun2 kemarin
keburukan masih sering dilakukan. Hingga saya kadang (dalam hati) menangis
ingin bebas dari keburukan2 yang membuat saya bisa melangkah menuju kehancuran
tanpa saya sadari.
Saat keburukan
itu saya lakukan, saya buru2 meminta pertolongan pada-Nya. Mencoba segala cara
untuk berhenti melakukannya. Dilakukan lagi, dicegah lagi. Dan itu terus2an
berulang. Yang saya pakai untuk mengantisipasi keburukan itu adalah; doa, baca
buku2, menyibukkan diri, dengar musik positif, baca Qur’an dan lain2. Saat saya
mulai putus asa karena hampir2 gagal dan saya mengira kalau saya akan jadi
penghuni neraka kelak, Allah membantu saya dan saya pun (insya Allah) taubat
nasuha. Subhanallah.
Tahun 2013 ini
adalah resolusi menuju perubahan menjadi lebih baik. Entah kenapa tahun ini
saya mulai terdorong untuk menjadi lebih baik lagi. Walau kadang rintangan dan
ketidaknyamanan menghadang, tapi itu bukan masalah. Karena saya yakin Allah
akan membimbing dan menolong saya. Apapun bentuknya dan bagaimanapun caranya.
Mungkin doa saya mulai terijabah di tahun ini. Alhamdulillah.
Ya, saya akui
kalau saya masih merangkak untuk berubah. Tapi dengan meminta terus bantuan pada-Nya,
insya Allah tahun ini saya bisa berubah.
Karena semua
bisa berubah.
Allahu akbar!
Wassalamu’alaykum
wa rahmatullah wa barakatuh
0 comments