Emangnya lu siape Abdullah, ngaku2 penulis! Kagak tahu malu lu ya!
By Abdullah Abus - 7:45 AM
Assalamu’alaykum wa rahmatullah
By : A. Abus
Ah, saya hanya sekadar tulis-tulis aja. Tidak ada maksud yang khusus, ya hanya berbagi saja. Kalau tidak suka, silakan tidak perlu dilanjutkan. Kalau suka, Alhamdulillah.
Ini sebenarnya ingin membicarakan diri saya sendiri. Dimana saya sekarang (entah mengapa, mungkin ini memang takdir saya) berubah menjadi seorang penulis. Entah menulis novel, cerpen, puisi n sebagainya.
Apa saya punya latar belakang menulis? Sayangnya tidak. Waktu kecil saya bahkan tidak suka menulis. Bahkan bacapun malas kali. Lebih enak main kesana kemari (disitu-situ lagi maksudnya). Ah, masa lalu saya tidak perlu diceritakan, soalnya nggak asyik. Hehehe. Mending fokus ke tulisan ini aja.
Ah, semuanya berubah saat saya lulus sekolah SMK Kabupaten. Tiba-tiba ingin nulis-nulis gitu. Dulu pernah baca-baca. Macam komik Detektif Conan dan Harpot, tapi itu nggak bisa dijadikan dasar untuk menyiapkan diri jadi penulis. Entahlah, biar antum semua yang komentar. Saya nggak tahu.
Disitu saya mulai nulis syair-syair. Cie! Rencananya itu buat lagu sih, dulu terobsesi banget ingin main band. Hahaha. Lucu kalau diingat. Dulu bikinnnya ya standar lah. Cinta-cintaan ama kegelapan dan kematian. Wiih, serem kali. Tapi nggak ada masalah kok. Itu bukan pengalaman pribadi saya atau orang lain, alias ngarang 1 juta %. Siapa saya dulu? Bukan siapa-siapa. Cuma anak kuper macam cacing saja. Lebih banyak diam di rumah.
Nih, saya lihatin salah satu karya saya. Cukup la sikit je, tak perlu banyak. Saya potong biar ga ngebosenin yang baca.
‘Engkau’
Engkau
Bagaikan bulan purnama yang indah
Yang menyinariku pada malam hari
Dengan cahayamu yang lembut
Engkau
Ku ingin kau menjadi bunga mawar
Agar aku bisa menyiramimu tiap saat
Dan melihat kau tumbuh besar
...
Wueeeeeeeeeeeeeek! Saya enek pisan bacanya lagi juga. Gombal habis!!! (Kalo buat istri bagus!)
Mungkin ada yang bakal nanya; ‘Emang itu ditujuin buat siapa sih?’
Jawab; Kagak tahu. Itu mah cuma imajinasi aja. Bahkan dulu pacarpun tak punya. Hahaha! Alhamdulillah ga punya pacar!
‘Hancur’
...
Akhiri hidup hari ini
Bangkit kembali keesokan hari
Tak masuk akal kita yang telah hancur
Tertarik oleh halilintar kematian
Nafaspun berakhir hari ini
Sampai jumpa di kemudian hari
Di kehidupan selanjutnya
...
Untuk yang ini saya no comment.
Lepas 2008, saya sudah tak produksi karya lagi. Sibuk kerja, kerja n kerja. Nah, selangnya agak lama. Saya mulai mengenal agama Islam dengan sebenar-benarnya pandangan karena suatu hal yang antum ga perlu pada tahu. Hehe. (Malu tahu!) Lalu saya mulai deh baca-baca novel Kang Abik. Dimulai dari ‘Ketika Cinta Bertasbih 1’ n seterusnya. Dan mulai saat itu saya termotivasi menulis novel. Benar-benar termotivasi. Inginnya ikutin gaya Kang Abik nulis. Panjang dan bergenre romantis, tapi penuh aksi. Saya pun mulai menulis dengan sedikit-sedikit baca novel lain.
Novel-novel yang sudah saya baca baru sikit kali. Nih daftarnya;
- Kang Abik: KCB 1 & 2, AAC (saya sebel baca novel ini, entah kenapa), kumpulan cerpennya, Dalam Mihrab Cinta dan Bumi Cinta.
- Asma Nadia; Cerpen Cinta Lelaki Biasa, Dia Dalam Mimpi-Mimpi Rani dan Rembulan Di Mata Ibu.
- Bang Tere Liye; Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah, Eliana dan Pukat.
- A. Fuadi; Negeri 5 Menara.
- Imron el-Shirazy; Dan Bidadari pun Mencintaimu.
- Dll saya lupa (cuma sikit).
Saya mulai nulis novel saat selesai membaca Ketika Cinta Bertasbih 2 (buku novel kedua yang pernah saya baca). Alhamdulillah menghasilkan sebuah novel. Puanjaaang sekali (tapi lebih panjang Bumi Cinta). Judulnya ‘Senandung Kisah Cinta’ (dimulai dari 10 Nopember 2011 ampe 25 April 2012). Sayang banget, gaya bahasa dan tokohnya kurang ngagegel (ngegigit, pen). Jadi ya biarkan saja lah. Itu mah gimana nanti aja. Mulailah dari situ saya suka nulis. Banget! Jarak saya baca novel Kang Abik dengan nulis itu kalau tidak salah cuma beberapa bulan, tapi saya sudah berani menulis. Hasilnya, ternyata kurang memuaskan.
Tapi saya tidak menyerah, malah ketagihan. Walau kadang stagnan karena kurang ilmu pengetahuan. Macam orang yang ingin berenang tapi nggak tahu gimana berenang yang bener. Biarlah.
Alhamdulillah, sekarang saya sudah menyelesaikan 3 cerpen dan 1 novel. Tapi yang saya lihat bagus cuma 2 cerpen doang, yang lain belum di edit lagi. Untuk ukuran saya, segitu juga udah mengagumkan (bagi saya sendiri). Wong saya baru aja mulai nulis tahun kemarin, eh ternyata udah lumayan bisa nulis. Hehehe.
Sebenarnya banyak tuh bikin novel teh. Cuma pada belum selesai. Ini novel-novelnya;
- Senandung Kisah Cinta (udah rampung)
- Kupu-Kupu Kaca: kisah seorang guru panti asuhan penyandang cacat (pending)
- Khulafa: kisah 4 anak MI dan MTs melakukan amar ma’ruf nahi munkar di kampungnya (pending juga)
- Sami: kisah seorang anak kecil Arab di abad ke 4 Hijriah (ini juga pending)
- Kisah seorang anak, ayah (Indonesia) dan ibu (TKW di Arab Saudi) (ini mau dikerjain lagi!)
- Kisah nyata tentang perjuangan seorang teman FB (lagi dikerjain)
- Perjuangan seorang penyandang cacat kaki (bener2 masih pending)
- Perjuangan seorang gadis bisu dan orang Malaysia (flashdisk nya hilang, jadi ga keburu selesai)
Hahaha, parah! Banyak tuh, tapi kagak rampung-rampung. Minta doanya biar pada beres itu novel. Kelar dan Alhamdulillah menginspirasi orang lain.
Kembali ke Abdullah!
Kini saya beralih dari genre romantis menjadi genre kehidupan. Memaknai hidup, mati dan tujuan hidup. Ah, entah apa saya bisa melakukannya dengan kapasitas saya yang kurang ilmu pengetahuannya. Doakan semoga bisa!
Jujur, awal-awalnya saya buat novel itu ingin novel saya jadi best seller, masuk TV, di jadiin film kelak dsb, dst, dll. Wah, sekarang saya tahu kenapa banyak sekali novel (yang dulu) kagak kelar-kelar. Saya tidak ikhlas dalam membuat novel.
Hingga saya kenal dengan Bang Tere Liye (novel2nya). Pandangan saya berubah drastis. Tapi itu belum bisa membuang angan-angan buruk saya dengan novel-novel saya kelak. Tapi entah mengapa, mungkin Allah ingin menunjukkan saya ke jalan yang benar, Bang Tere memposting suatu quotes yang membuat saya terhenyak dan menyesal.
“Saya meyakini, kalau belajar menulis hanya demi menerbitkan buku, laku, kaya, populer, sibuk menghitung view+like+komen orang lain, maka cepat atau lambat akan berakhir pada kekecewaan bahkan meski semua itu akhirnya tercapai.
Semoga kalian tidak memulai langkah yang keliru, mendengarkan orang2/mentor/guru menulis yang keliru. Menulislah karena itu menyenangkan. Selalu menyenangkan. Dan bagikanlah dengan senang hati.”
Disitu saya nyesal dulu pernah niat tidak baik. Astagfirullah! Syukran ya Rabb!
Saya kagum dengan beliau. Sudah menerbitkan 15 buku dan semuanya laris manis di pasar, tapi tidak mau masuk infotainment dan tidak mau terkenal hingga jarang memperlihatkan data dirinya. Hingga banyak fansnya greget! Termasuk saya! Brr! Ingin ikut2an ga usah terkenal. Yang penting karya2nya bermanfaat. Doakan!
Ah, tak apa. Saya punya mentor tentang menulis yang hebat. Walaupun belum masuk FLP, tapi saya punya keyakinan, saya bisa. Karena memang benar apa yang Bang Tere bilang, menulis itu menyenangkan.
N saya ingin sekali kalau antum punya kenalan seorang yang menyukai menulis2 gitu ama tentang diskusi agama, kenalin ke saya. Jujur saya tidak punya banyak kenalan di semua bidang itu. Lha, di dunyat aja cuma punya 1 orang.
Terima kasih semuanya mau meluangkan waktu untuk membaca saya yang sedang berbual-bual tak jelas disini.
Ambil yang baiknya, buang yang buruknya.
Untuk ‘Saung Abdullah’ ntar nyusul ya infonya.
“Stop ‘ashobiyah, satukan ukhuwah.”
Wassalamu’alaikum wa rahmatullah
21 Agustus 2012, ba’da shalat Ashar
0 comments