NULIS YUK!

By Abdullah Abus - 6:47 AM



By : A. Abus

Nggak ada ide buat nulis? Itu kan nggak mungkin. Yang ada cuma malas mikir aja. Semua bisa jadi cerita kok. Saya saja sering buat cerita dari hal2 yang sepele. Sangat sepele malah.
Misalnya, waktu itu saya sempat mengubur kelinci (keponakan saya beli 2 ekor, mati gara2 nggak ngerti ngurusnya). Saya yang menggali kuburnya (keren ya, haha), lumayan dalam lubangnya pakai sendok semen (entah nama aslinya apa) dan bedog (aduhh), lumayan menguras tetangga.
Saat itu saya berpikir, wah ternyata lelah juga ya menggali kubur. Bahkan untuk sekadar kuburan kelinci. Kita harusnya prihatin dengan penggali kuburan manusia. Lebih dalam dan lebih lebar. Belum suasana terik matahari yang menyengat sangat. Begitu menyiksa.
Tapi saya tidak merekomendasikan Anda semua menggali kubur (apalagi menggali kuburan sendiri  :3), tapi mengambil ibroh dari situ. Jangan sepelekan tukang gali kubur, hanya karena mereka meminta bayaran yang nggak kita suka, lantas kita mendumel di hati.
Mungkin kalau penggali kubur itu tahu, dia bakal teriak, “Gali aja sendiri tuh kuburan! Gitu aja kok repot!”
Nah, itu bisa dijadikan bahan tulisan kan. Tinggal kreatifitas otak kita saja yang tinggal membuatnya.
Ada lagi nih cerita, tentang seorang kakek pengumpul kayu dan bekas minuman (macam Teh S*** dan F****** gitu). Ibu saya sering membantu Abah Mahdi (namanya) mengumpulkan bekas minuman itu di belakang. Kalau Abah Mahdi datang, Ibu saya memberikannya. Bahkan Ibu saya memberikan seplastik mie bakso gratis karena kasihan, Abah Mahdi rumahnya jauh. Umurnya kira2 70 tahunan. Begitu ringkih, tak sekekar dulu.
Saya yang melihat Ibu saya melakukan itu (saya belajar dari perbuatan Ibu, bukan perkataan), saya sering melakukannya juga (kebetulan Ayah saya berjualan bakso dan saya membantunya di rumah).
Abah Mahdi hanya datang seminggu sekali untuk mencari kayu. Sebulan yang lalu, Abah Mahdi tidak datang2 padahal sudah 3 minggu lewat. Kami tidak ambil pusing, nanti juga bakal datang. Akhirnya kami menumpuk bekas2 minuman itu dibelakang sampai tiga karung untuk diberikan pada beliau.
Tapi sayangnya, Abah Mahdi tidak datang2. Hingga tersiar kabar kalau Abah Mahdi sudah meninggal beberapa minggu yang lalu (sebulan sudah Abah Mahdi tidak datang), katanya karena sakit yang dideritanya. Innalilillahi wa inna ilayhi raji’un!
Saya merasa sangat sedih. Karena saya tidak tahu dimana rumahnya, kalau tahu pasti akan saya datangi. Tapi itulah takdir, tak ada yang tahu.
Abah Mahdi tinggal sebatang kara, istrinya sudah lama meninggal. Saya merasa terharu saat menyapanya, sementara beliau menjawab dengan bahasa sunda yang sudah tak saya pahami lagi. Beliau sudah sulit berbicara sepertinya.
Jalannya yang selangkah demi selangkah, agak bungkuk, keriput wajahnya dan semangatnya untuk mencari nafkah, membuat saya kagum dan miris.
Ya, segala sesuatu bisa dijadikan cerita. Kalau mau menulis, tulis saja! Bahkan sekadar melihat motor melaju bagaikan Rossi (sepertinya Rossi pun tak akan seperti itu) bisa dijadikan cerita. Kita yang terpeleset atau galau karena tugas, bisa dijadikan cerita.
Lalu, bagikan pada banyak orang. Bagikan!
Semoga saja banyak orang yang akan mendapatkan manfaat dari tulisan kita.
Semoga, Aamiin.


*Kampung Jambatan, 20 Juni 2013

  • Share:

You Might Also Like

0 comments