Untuk jadi
penulis, bukan perkara yang mudah. Banyak rintangan, halangan dan kesulitan.
Biasanya yang paling sering melanda adalah kemalasan. Penyakit utama inilah
yang membuat beberapa penulis hanya bergeming di depan PC/laptopnya sejenak
setelah membuka aplikasi word. Ingin
menulis, malas. Ingin menulis, ragu. Dan segala macam masalah lainnya. Kalau si
penulis tak tahan godaan, dia close
aplikasi word dan lebih memilih untuk
bermain game.
Tapi ada juga
yang malas untuk “Menulis Dengan Benar.” Maksudnya tidak memperhatikan EYD dan
bahasa baku pada tulisan tersebut. Mungkin bukan masalah untuk orang-orang yang
sekadar iseng membaca tulisan Anda tanpa memperhatikan bahasanya apakah itu
baik atau buruk. Tapi tidak untuk para penulis profesional. Bersiap-siaplah
dikritik habis-habisan.
Saya mulai
menyadari ini saat meminta koreksi tulisan saya (yang saya bahas disini adalah
tentang artikel/opini/essai) pada para penulis senior. Karena itu, saya
sempatkan saja berbagi pengalaman tentang tips-tips mengatasi kemalasan
“menulis dengan benar.”
1.
Anggaplah
Menulis Adalah Pekerjaan Yang Serius
Pekerjaan
serius? Benar sekali! Tak ada kata “main-main” dalam hidup. Bahkan bercanda dan
melawak pun harus serius. Karena hasilnya akan hambar bila tak dikerjakan
dengan serius.
Kalau
Anda mengerjakan suatu tulisan dengan serius sambil memperhatikan EYD dan
kata-kata baku, mudah-mudahan apa yang Anda tulis dengan rapi dan indah itu
akan bermanfaat bagi orang lain. Baik tentang kerapian tulisan maupun materi
yang diberikan. Bayangkan, berapa nilai kebaikan yang akan kita dapat karena
tulisan kita (yang bermanfaat tentunya) dilakukan oleh orang lain. Insya Allah.
2.
Mulailah
Berpikir Untuk Membuat Duplikasi Yang Baik Untuk Orang-orang
Binatang
apa itu duplikasi? Hehe, ini adalah bahasa pebisnis. Tapi saya coba terapkan
dalam dunia menulis juga. Maksudnya agar orang-orang yang membaca tulisan Anda
bisa meniru kerapian dan keindahan dalam tulisan itu (sesuai dengan EYD dan
baku).
Lha,
kalau tulisan kita “alay, disingkat-singkat, tak karuan,” dikhawatirkan akan
ditiru orang lain. Manusia itu hasratnya segala sesuatu, selalu ingin mudah.
Bukankah menarik hanya menuliskan “kata2, mo, bangeud, dkk”? Tapi dampaknya,
sangat buruk. Kita harus melestarikan bahasa Indonesia yang benar. Jangan
sampai bahasa Indonesia dihargai oleh bangsa asing. Sedangkan oleh bangsa
sendiri tidak dihargai sama sekali.
Jadi
mulailah untuk berpikir bahwa menulis adalah sebuah duplikasi bahan
pikiran/tema yang tak Anda sadari telah terjadi. Tak percaya? Buktikan sendiri.
3.
Belajar
Bertanggung Jawab Apapun Yang Anda Lakukan
Karena
menulis itu perlu keseriusan dan membuat sebuah duplikasi, ini mengajarkan kita
untuk bertanggung jawab pada segala aspek hidup kita. Karena menulis adalah
sebuah pekerjaan, pasti kita bertanggung jawab atas segala sesuatu yang kita
tulis. Kalau Anda tidak menganggap menulis adalah suatu tanggung jawab, jangan
harap bisa menjadi penulis profesional. Nanti Anda akan menganggap bahwa
menulis adalah sekadar main-main belaka. Tanpa memandang esensi dari menulis
tersebut.
Tanggung
jawab membutuhkan komitmen. Komitmen membutuhkan aksi nyata. Maka dari itu,
mulailah bertanggung jawab dengan diri sendiri. Komitmenkan diri lalu buat aksi
nyata dengan menulis yang baik.
Semoga
bermanfaat. Terima kasih.
0 comments