40 Ribu Hanya Untuk Itu?

By Abdullah Abus - 6:33 AM

Oleh : Abdullah Abus

...
(Gambar bukan ilustrasi, nyomot dari Google)

Lampu kamar saya mati, maka saya pun pergi ke toko. Tak mau saya melewatkan malam di kamar dengan kondisi lampu yang telah tewas. Maka, berangkatlah saya ke toko.

Di sana, saya membeli lampu neon yang murahan, hanya 10 ribu harganya. Mungkin cerita ini tak menarik. Cuma ganti lampu, lebai amat sampai ditulis. Tapi, saat akan membayar di kasir, saya tergelitik juga.

Saat akan membayar, seorang bapak menyodorkan uang 50 ribu ke kasir sambil berkata, "Rokok *** yang bungkus besar dan kecil."

Karena sudah biasa melihat itu di warung, saya biasa saja. Tapi saya merasa terganggu saat kasir berkata, "Totalnya 40 ribu, Pak."

Oke, saya pun tertegun sejenak dan sempat banyak pikiran (salah satunya pengin menulis ini dan segera menuangkannya di catatan gawai) saat berjalan pulang. Alhamdulillah, tak terjadi apa-apa di perjalanan pulang. Padahal mulut saya sedikit nyengir dan mata saya menyala-nyala oleh bara api menulis. Lalu saya katakan, "Saya harus menulisnya di blog."

Baiklah, saya berpikir kalau dengan uang 40 ribu, saya bisa mendapat empat porsi nasi padang yang harganya 10 ribu di daerah Jatayu. Atau jika membeli mie instan, wah, lebih dari 10 bungkus bisa saya beli. Atau empat piring nasi plus sayur plus dua buah kerupuk (tak lupa sambal) seharga delapan ribu (dua ribunya untuk bayar parkir motor) yang sering saya lakukan di sebuah kantin. Tapi, 40 ribu hanya untuk dua bungkus rokok? Really? That amount is a big thing for me.

Ah, saya tidak membenci perokok, saya benci pada rokoknya. Jadi tidak ada tendesi apa-apa dari tulisan ini pada para perokok pasif, maksud saya aktif. Saya tidak membenci orangnya, karena itulah adab seseorang yang beragama islam yang saya pelajari dari guru saya. Boleh benci dosanya, tapi jangan orangnya. Seperti perkataan Nabi Luth as dalam Alquran (saya lupa tempatnya di surat dan ayat berapa), beliau membenci kelakuan liwath-nya, bukan orang-orangnya.

Menjadi pecandu adalah hal yang wajar dan menandakan kita memang masih manusia. Betul kan? Candu game, candu rokok, candu vape, candu buku, candu gawai, candu medsos, candu debat politik, ups, ya segala candu pokoknya. Itu manusiawi, tak ada yang salah. Tapi ya, porsinya harus bisa dikendalikan.

...
(Gambar bukan ilustrasi juga, dokumentasi pribadi)

Entahlah, malam ini saya ingin menuliskan apa yang ada di pikiran saya saja malam ini. Mohon maaf pada perokok yang merasa saya mengganggu privasi kalian. A'maluna a'malukum. So, saya nggak menyakiti kalian kan? I hope so. Kalau ternyata menyakiti, semoga Allah mengampuni saya dan kita semua. Amin.

26 November 2018

  • Share:

You Might Also Like

3 comments

  1. Ooh, ternyata harga rokok 20rb? Gak jadi 50rb seperti rencana dulu ya?

    BalasHapus