MAKNA LAIN PUASA-LEBARAN (Resensi Kumcer Kurma Kompas)

By Abdullah Abus - 11:28 PM


Oleh : Abdullah Abus

Judul : Kurma, Kumpulan Cerpen Puasa-Lebaran Kompas
Penulis : Danarto, Seno Subawajid, dkk
Cetakan : Pertama, November 2002
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tebal : xxviii+108 halaman; 14 cm x 21 cm
ISBN : 979-709-050-7

Tema puasa Ramadan dan Lebaran sungguh tak akan pernah habis untuk dibahas. Beragam cerita telah disuguhkan oleh para penulis di Tanah Air, mulai dari memaknai Ramadan, cerita seputar mudik dan aktivitas yang biasa kita lihat dalam momen suci bagi umat Islam ini.

Begitu pula yang disuguhkan oleh kumpulan cerpen ini. Temanya umum, namun sudut pandang dalam memaknainya yang berbeda. Kalau biasanya, cerpen-cerpen Ramadan dan Lebaran berisi tentang bulan suci yang menggojlok keimanan dan ketakwaan, lalu ditutup oleh hari penuh kemenangan, di sini para penulis memaparkan bahwa momen puasa dan lebaran membawa problem baru bagi umat Islam Indonesia.

Para penulis di buku ini adalah sastrawan yang sudah mempunyai nama di ranah literasi dan sastra Indonesia. Sebutlah Danarto, AA Navis, Hamsad Rangkuti, Umar Kayam, Taufik Ikram Jamil, Yusrizal KW, Gus tf Sakai, Yanusa Nugroho, Senu Subawajid dan Jujur Prananto.

Dengan kata pengantar oleh Maman S Mahayana –sebuah pengantar yang amat panjang, sudah dapat ditebak kualitas cerpen-cerpen dalam kumcer ini. Apatah lagi yang harus diragukan?

“…antologi dalam cerpen ini penting artinya sebagai usaha melihat, betapa sesungguhnya umat Islam Indonesia sama sekali tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh lingkungan social-budaya yang melahirkan dan membesarkannya. Yang kemudian tampak ke permukaan adalah umat Islam Indonesia yang lengkap dengan kulturnya yang tidak hitam-putih. ada warna pelangi di sana, yang sekaligus sebagai potret keindonesiaan yang pluralis dan heterogen… Dalam konteks itulah, antologi cerpen ini justru penting sebagai sebuah cermin yang diharapkan dapat menggugah kita untuk melakukan pemaknaan kembali konsep puasa, lebaran dan mudik, dalam kerangka solidaritas social…” Maman S Mahayana, sinopsis.

Beliau membagi ke-11 cerpen ini ke dalam dua kelompok. Pertama, yang menempatkan puasa dan lebaran sebagai bulan yang penuh barokah atau menyimpan kisah-kisah gaib –hal. xi. Kedua, secara konvensional menampilkan puasa dan lebaran melalui kacamata sosio-kultural –hal. xi.

Kelompok pertama, direpresentasikan oleh cerpen “Lailatul Qadar” (Danarto), “Kurma” (Yanusa Nugroho), “Reuni” (Hamsad Rangkuti), “Tamu yang datang di Hari Lebaran” (AA Navis), dan “Gambar Bertulisan ‘Kereta Lebaran’” (Gus tf Sakai). Sedangkan kelompok kedua, “Puasa Itu” (Senu Subawajid), “Tiga Butir Kurma per Kepala” (Yusrizal KW), “Menjelang Lebaran” (Umar Kayam), “Malam Takbir” (Hamsad Rangkuti), “Lebaran” (Taufik Ikram Jamil), dan “Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari” (Jujur Prananto).

Dari judulnya, kental sekali suasana Ramadan dan Lebaran yang menjadi tema utama. Namun isinya sungguh mengejutkan, penulisnya memakai intuisi yang tak biasa. Apalagi dengan nama koran Kompas yang kita tahu sendiri, kualitas cerpen-cerpennya tiap hari Ahad.

Dengan gaya kepenulisan masing-masing, cerpen yang ada dalam kumcer ini begitu menarik, sebagai renungan bahwa di negara ini, puasa dan lebaran membawa masalah lain yang belum selesai sampai saat ini selain keberkahan dan kekhusyuan dalam menyambut kedua momen itu.

Bandung, 31 Juli 2014

  • Share:

You Might Also Like

0 comments