Mengeluh Kok Dilarang

By Abdullah Abus - 5:28 AM

Oleh : Abdullah Abus


Sebagai manusia, tentu dia akan mengalami hal-hal yang tak mengenakkan dalam hidup. Mungkin karena kesalahannya sendiri atau disebabkan hal lain yang di luar kendali. Dan biasanya dia akan sampai pada titik sudah tidak kuat lagi menyangga diri dan ingin mengeluarkan kelelahan di dadanya.

Biasanya, itu akan disebut sebagai mengeluh. Dan tentu saja, katanya orang, kita tidak boleh mengeluh. Keep positive. Jangan loyo. Jangan cemen. Hidup harus strong. Bla bla bla bla bla. Well, bagi saya, utopis sekali ya perkataan itu.

Manusia tentu boleh mengeluh. Dan siapa manusia yang tidak pernah mengeluh? Yah, para Nabi tentu jadi perkecualian. Iya kan? Kalau salah, mohon koreksinya.

Terkadang juga, orang lain akan berkata, langsung saja mengeluh pada Allah, nggak perlu sama manusia karena itu akan sia-sia. Well, itu benar sekali. Saya setuju pisan sama perkataan itu. Namun, mereka yang berkata itu, saya yakin pasti tidak semua hal akan dikeluhkan pada Allah saja.

Manusia adalah makhluk sosial. Interaksi antar manusia sangat diperlukan. Maka dari itu, menceritakan keluhan diri pada manusia lain tentu sangat boleh. Yah, asal tidak kebablasan saja. Apalagi jika sampai mengeluh di media sosial. Menurut pandangan saya, mereka merasa keluhan mereka lebih "didengar" di sana, bisa juga karena sudah jadi kebiasaan mengeluh segalanya pada siapapun. Ember syekali. Atau bisa juga karena tidak ada tempat mengeluarkan keluhannya.

Manusia boleh mengeluh, karena dengan itu dia akan merasakan sedikit kelegaan di dalam dadanya yang sesak. Tapi, hanya pada orang yang dia percayai saja. Akan salah kalau orang yang dia harapkan bisa menjadi tempat mengeluarkan keluhan tapi malah dikatakan, "Hidup itu nggak boleh mengeluh," atau, "Mengeluh saja langsung sama Allah. Jangan ke manusia." Saya jamin, dia akan merasa dadanya makin sesak dan makin depresi.

Pertama, karena dia butuh wadah untuk meluahkan sesaknya pada orang lain. Kedua, tidak semua orang memiliki level spiritual yang sama. Jadi, berhentilah menjadi orang yang seolah-oleh paling tahu apa yang terjadi pada orang lain. Karena, siapa juga yang bisa membaca hati seseorang?

Kebanyakan orang yang mengeluh itu hanya ingin didengar saja. Kalaupun meminta solusi, biasanya karena dia sudah mentok dengan keluhannya. Kebanyakan orang yang mengeluh tahu cara menyelesaikan keluhannya, jadi dia hanya butuh tempat untuk didengarkan.

Contoh, dia ingin membicarakan penyesalannya di masa lalu yang mengakibatkan sesuatu yang tak nyaman terjadi di masa kini. Dia hanya ingin didengarkan saja, toh masa lalu nggak bisa diubah dan mungkin saja dia ingin hal itu tidak terjadi pada si pendengar. Jangan patahkan mereka dengan perkataan, "Jangan merutuki masa lalu. Jalani saya masa kini. Percuma menyesali masa lalu."

Pada akhirnya, saya akui, manusia adalah makhluk yang unik. Tidak semua orang itu sama. Walau kembar identik, atau sahabat dari kecil, memiliki perbedaan. Motif mengeluh tiap orang berbeda, tapi nggak bisa dipungkiri kalau mereka itu hanya ingin didengarkan saja. Jadi, tetap dengarkan mereka.

Kenapa terkadang psikiater bisa menyelesaikan masalah pasiennya dengan hanya mendengar? Karena, itulah yang seharusnya dilakukan. Dengarkan keluhan mereka. Beri mereka saran jika mereka meminta. Tapi jangan sekali-kali memberi saran kalau mereka tidak meminta. Karena itu akan membuat dia menjadi malas bercerita lagi.

Jadi saya akan dengan berani mengatakan, mengeluh itu boleh. Yang tidak boleh itu meneluh. Karena dengan meneluh, Anda akan mendapat masalah. Apalagi jika sampai RUU KUHP disahkan, Anda akan masuk penjara.

Maaf, endingnya garing. Toh, saya memang begini.

2019

  • Share:

You Might Also Like

0 comments