Oleh : Agus Abdullah
Foto hanya ilustrasi, jangan dipercaya.
Semoga saja judulnya bukan clickbait, karena sepertinya sangat kontroversial. Hahaha. Tapi sumpah ya, yang mengatakan itu bukan saya lho, tapi salah seorang petinggi di Balai Bahasa Jawa Barat (jangan tanya namanya ya). Katanya hidung saya agak mancung dan berkulit putih, sehingga beliau berasumsi saya memiliki trah orang Arab. Oh, really?
Saya tidak tahu jalur keturunan saya, apakah benar keluarga saya pernah memiliki hubungan pernikahan dengan orang Arab atau tidak. Yang pasti, kakek saya berkulit putih dan cara berjalan saya mirip dengan nenek saya. Kenapa saya bisa tidak tahu? Beliau mengatakan kalau ada unsur politik di situ. Tentu ini bukan politik praktis ya, tapi politik zaman Belande masih ngejajah kite punya negare. Jadi begini...
Zaman itu, barang siapa punya silsilah orang Arab dalam keluarganya, katanya bakal ditangkap dan diadili karena memiliki darah muslim Arab. Alasannya, itu bisa membahayakan kepentingan Belanda di Nusantara ke masa hadapan. Ya bisa dilihat kan ketakutan Kompeni akan Islam di Nusantara. Maka dari itu, banyak keluarga yang memutuskan untuk tidak mempublikasikan garis keturunan mereka ke anak cucu dengan tujuan menyelamatkan generasi penerus.
Jadi, apakah saya memiliki garis keturunan Arab? Saya tidak tahu, dan tidak akan pernah tahu karena orang tua saya sendiri pun tidak tahu. Yang mereka berdua ketahui, orang tua lahir di Jawa. Itu saja.
Bisakah saya mencarinya? Sepertinya sulit, karena sepertinya info mengenai garis keturunan keluarga sudah terputus dengan meninggalnya kedua Mbah Kakung dan Mbah Uti. Rasa penasaran itu masih ada, tapi kenyataannya sudah pupus harapan untuk tahu. So disappointed for me. I just want to know nama kakeknya kakeknya kakeknya kakek saya.
Sebenarnya ada lagi satu dalil yang beliau kemukakan untuk menemukan apakah saya keturunan Arab atau bukan. Beliau berkata, kalau lidah saya tidak kesulitan saat melafazkan ayat-ayat Alquran, berarti saya punya garis keturunan Arab. Karena orang Jawa itu sulit untuk membaca Alquran secara fasih. Semisal alhamdulillah jadi alkamdulillah, dan ali menjadi ngali. Seperti contohnya di novel Kuntowijoyo berjudul Pasar, beliau memberi nama Kasan Ngali untuk Hasan Ali. Ya, karena wong Jowo kesulitan mengucapkan ح dan ع.
Lalu, saya mengatakan kalau keluarga saya tidak kesulitan melafazkan Alquran. Saat saya bertanya, apakah hanya orang Jawa saja? Beliau berkata, siapa saja yang lisannya mudah melafazkan bahasa Arab, berarti ada darah Arab di dalam dirinya. Mungkin bukan generalisir ya, tapi bisa dipastikan ada sedikitnya darah Arab mengalir di dalam keluarga.
Itu hanya asumsi ya. Dan itu membuat saya makin penasaran, benarkah saya keturunan Arab? Mesin waktu Doraemon, kok kamu tidak ada sih. Saya kan ingin bertanya, "Penak jaman sopo, Mbah?" ke buyut saya kalau dia benar orang Arab. Oh iya, kamu sudah pulang ke masa depan jadi tidak ada di sini, Mon. Hahaha.
Sudah ah, isin. Kapan-kapan lagi saja menulisnya. Ini juga suatu keajaiban saya menulis. Semoga bermanfaat.
Tabik!
Jaktim, 4 Juli 2019
1 comments
Yumkin inta arab sundawiyah hehe
BalasHapus