TENTANG (ALM.) KANG ADEN DAN SAYA

By Abdullah Abus - 6:26 AM


Oleh : Abdullah Abus

Oke, pertama saya mengenal (karya) beliau tahun 2012 (kalau tidak salah, atau 2011 ya? Lupa) dari seorang sahabat. Dia bilang lagu “Menjadi Diriku” bisa membuat saya lebih optimis di tengah rasa minder saya (dulu). Saya lalu mencarinya di warnet (internet maksudnya), mengunduhnya lalu memasukkannya ke sebuah mp3 player jadul (yang sekarang sudah rusak).
Sungguh, saya menyukai liriknya. Musiknya pun enak. Tapi jujur saja, tak banyak membantu saya dalam mengangkat rasa optimis saya (ampun ya, Na :D ). Saya masih sama. Tapi dampaknya, saya mencari-cari lagunya. Semuanya! Dapatlah, semua terkumpul di dalam mp3 player (ingat, jadul ya!). Tapi data-data itu sempat hilang karena terhapus oleh saudara saya. -_-
Saya sempat pengin marah, tapi untuk apa marah karena itu? Tiadalah guna. Toh, bisa diunduh lagi, gampang kan.
Apakah setelah itu saya mencari lagu-lagunya lagi? Untuk dimasukkan ke dalam mp3 player (jadul, oke)? Jawabannya adalah: Tidak. Masa-masa itu, atensi saya pada musik (apapun jenisnya) berkurang drastis. Bukan karena saya benci musik, hanya merasa bosan saja. Saya memang cepat bosan orangnya (mengingat Sanguin saya yang gak terkontrol -_- ). Makanya banyak naskah cerpen dan novel yang ngegantung karena malah mementingkan naskah yang baru daripada menyelesaikan naskah yang belum selesai (contoh buruk, jangan ditiru :D ).
Masa-masa itu (sampai sekarang sih), saya hanya bisa bertahan mendengar sebuah musik 1-3 hari saja (dengan rasa antusias yang tinggi). Setelah itu, saya hapus. Makanya, saya lebih suka dengar musik dari radio. Gak bisa dihapus, jarang-jarang pula lagunya. Seminggu sekali itu juga. Dari radio yang satu pula, gak ganti-ganti.
Oke, lanjut. Saya sempat kaget saat mendengar beliau masuk rumah sakit ketika sedang mendengar MQ Fm. Katanya beliau sakit maag akut, sudah parah. Lalu koma.
Terbayang oleh saya akan diri beliau (belum pernah lihat sih, tapi ya dibayangkan saja karena ada gambar orangnya) terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Saya doakan agar beliau cepat sehat. Sempat terpikir bahwa sakitnya pasti hanya biasa saja. Beberapa minggu kemudian pasti sudah pulang. Padahal saat itu beliau sedang senang-senangnya promo album ketiga mereka “LOVE” dan memproses sebuah novel karya beliau sendiri (yang katanya sudah siap untuk diterbitkan –tahu dari status Kang Irfan Hidayatullah).
Sempat pula sih terpincut oleh senandung “7 Surga” dan “Kau Ditakdirkan Untukku” beliau, walaupun itu hanya sekejap. Waktu terus berjalan, saya pikir beliau sudah sembuh.
Hingga suatu hari, tepatnya tanggal 30 Desember 2013 malam. Saya sedang ngewarnet (rutinitas tetap tiap malam Selasa kalau gak hujan, karena waktu luangnya cuma itu malam :D ). Biasa, update ini dan itu. begini begitu. Begene begono. Dan lain hal yang tak perlu diketahui oleh kalian semua kalau saya sering melihat video Islami bahkan mengunduhnya (eh :p ).
Saat sedang komen status seorang sahabat (Kang HD lah, kasih namanya biar narsis :p ), berita itu datang.
‘Kang Deden edCoustic meninggal tadi pukul 20.15 di RS al Islam.’
Saya kaget sekali, merinding pula. Saya gak langsung percaya. Masak iya, hanya karena maag akut, bisa meninggal? Segera saya cek MQ Fm.
Masya Allah, berita itu benar! Saya sempat termenung beberapa saat. Lalu terasa ada yang menohok ke dalam hati ini. Rasa kehilangan yang mendalam sungguh merawankan hati saya. Padahal saya gak mengenal beliau, lho. Dengar lagunya pun jarang banget. Tapi?
Ah, Qadarullah, saya bisa mengetahui update berita beliau mulai dari masuk rumah sakit hingga menghembuskan nafas terakhirnya.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fuanhu.
Saya salat gaib untuk beliau keesokan harinya, juga dengan rasa kehilangan yang dalam.
Kenapa bisa begini, ya?
Atau mungkin karena saya sempat memasukkan edCoustic ke dalam novel pertama saya (yang sangat panjang dan membuat saya menyeringai membacanya), sehingga itu terjadi? Saya ceritakan mereka sedang menyanyikan senandung “Duhai Pendampingku”, bersama SNADA di sebuah walimahan (berkhayalnya terlalu jauh, untuk cerita bersetting di tempat yang menjorok ke arah perkampungan biasa –not for free publish, mereun :p )
Jadi...,
Wallahu a’lam.
Ah, bila teringat oleh senandung Muhasabah Cinta, sepertinya itu memang menceritakan tentang diri beliau sendiri. Sakitnya dan rindunya.
“Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku - Tuhan, kuatkan aku, lindungiku dari putus asa. Bila kuharus mati, pertemukan aku dengan-Mu.”
Beliau sempat bermimpi dikafani dan dimasukkan ke liang lahat sebulan sebelum sakit, masya Allah. Merinding jadinya.
Selamat jalan Kang Aden, semoga Allah mengampuni semua dosamu dan karya-karyamu bermanfaat untuk banyak orang. Aamiin.


edCoustic - Ku Pergi

“Tiga hari terakhir
Kucoba putuskan semuanya
Maaf kuharus pergi
Karena kuyakin ini takdirku

Kesempatan hanya sekali
Kuraih apa yang terbaik
untukku

Pergi
Ku pergi
Meninggalkan untuk masa depan nanti
Dan entah kapan
Lama kubertahan di sana
nanti
Aku pergi

Berat yang kurasakan
Meninggalkan semua di sini
Namun kuharus pergi
Demi mimpi-mimpiku selama ini”

Terkabul...



Catatan Sedihku, Sabtu 4 Januari 2014

  • Share:

You Might Also Like

0 comments