Tafsir Meja Makan: Masih Perlu Diendapkan

By Abdullah Abus - 12:17 AM

Oleh: Agus Abdullah


Riri alias Matahari kembali menerbitkan buku kumpulan cerpen kedua. Saya yang tahu kualitas penulis dalam buku kumpulan cerita sebelumnya, merasa sangat antusias. Memang buku kemarin tidaklah sempurna, masih ada cerpen yang perlu diperbaiki. Tapi secara keseluruhan, itu kumpulan cerpen yang bagus. Saya sangat mengapresiasinya.


Gambar 1 : Buku Tafsir Meja Makan


Namun, untuk kumpulan cerpen terbaru yang bertajuk "Tafsir Meja Makan" ini, cukup membuat saya syok. Bukan karena jelek, tapi ada di bawah ekspektasi saya. Terutama untuk jumlah cerpennya yang sampai ke 20-an cerita. Disebut terlalu banyak, ya tidak juga. Karena Putu Wijaya pernah menerbitkan kumpulan cerpen yang lebih banyak dari itu. Tapi untuk buku ini, terasa terlalu banyak.


Jujur saja, saya merasa sangat kelelahan saat membaca beberapa cerpen di awal buku. Kenapa? Karena saya merasa itu bukan cerpen-cerpen terbaik Riri. Cerpen-cerpen itu perlu perbaikan yang sangat banyak kalau mau enak dibaca. Jujur saja, saat membaca buku pertama yang bertajuk "Aroma Pertama Saat Seseorang Merindukan Rumah", saya dengan enaknya membaca cerpen-cerpennya secara maraton. Tapi untuk buku kedua ini? Butuh beberapa minggu bagi saya untuk mampu menyelesaikannya.


Gambar 2 : Buku Aroma Pertama Saat Seseorang Merindukan Rumah


Saya punya dugaan kalau kumpulan cerpen ini dibuat atas dasar ketergesaan. Dan saya yakin kalau ketergesaan ini yang membuat kumpulan cerpen ini sulit untuk saya selesaikan secara cepat. Kalau saja kumpulan cerpen ini diendapkan lagi beberapa hari atau minggu lalu di-edit lagi, insyaallah bakal setara dengan kumpulan cerpen kemarin atau bahkan lebih baik.


Ada beberapa kekurangan di buku ini yang perlu saya sampaikan:


1. Penempatan cerpen

Riri malah menempatkan banyak cerpen yang menarik di belakang, bukannya di depan. Mungkin lebih bagus kalau cerpen yang 'biasa saja' ditempatkan selang-seling dengan cerpen yang menarik. Karena bagi saya, beberapa cerpen di awal bukanlah "Riri" yang saya tahu.


2. Layout buku

Ini masih jadi masalah bagi saya, karena font dari buku ini kurang enak dibaca. Masih lebih baik buku yang sebelumnya, walaupun secara layout masih bermasalah juga. Intinya, buku ini perlu diperbaiki dari segi layout kalau mau cetak ulang.


3. Terlalu banyak cerpen

Saya merasa jumlah cerpennya terlalu banyak. Mungkin ada baiknya jumlah cerpen tidak lebih dari 20. Untuk buku kemarin, jumlahnya cukup baik. Bagi saya, tujuan membuat kumpulan cerpen itu membukukan cerpen-cerpen terbaik. Bukan membukukan sebanyak-banyaknya cerpen. 12 cerpen tapi berkualitas banget, itu lebih baik.


Baiklah, kalau buku kemarin, cerpen favorit saya adalah "Aroma Pertama Saat Seseorang Merindukan Rumah" (sebenarnya banyak, tapi yang paling the best ya itu). Untuk buku ini, favorit saya adalah "Korona dan Kotak Imajinasi Pasien XX".


Kalau mau saya nilai dari angka 5, saya beri buku ini 3. Sementara buku sebelumnya saya beri nilai 4. Semoga buku selanjutnya akan lebih baik lagi dari buku kedua ini.


Semoga ulasan ini bermanfaat dan memberi semangat bagi Riri untuk terus mengembangkan karya-karyanya. Karena potensi Riri sangat besar sebagai penulis karya. Dan harapannya mampu menjadi penulis sastra yang disegani di Indonesia. Amin.


Tabik,

Agus Abdullah

  • Share:

You Might Also Like

0 comments