Kenapa saya bermazhab? Atau lebih tepatnya bermazhab Imam Asy Syafi'i rahimahullah?
Katanya lebih afdal kalau merujuk langsung ke Alquran dan Hadis?
Katanya lebih afdal kalau merujuk langsung ke Alquran dan Hadis?
Sebelum itu, saya ingin menjelaskan alasannya. Walaupun begini, bukan berarti saya menyanggah ikhwah yang berpandangan seperti itu (yakni tak perlu bermazhab). Hanya ingin berbagi saja.
Pertama, karena saya melaksanakan perintah Rasulullah saw.
Dalam hadis yang sahih, dikatakan bahwa generasi terbaik adalah generasi sahabat, generasi tabi'in dan generasi tabi'ut tabi'in. Dan mereka adalah ikutan yang terbaik bagi umat Islam. Disebut juga salafush shalih, atau ulama salaf.
Tak diragukan lagi kalau 4 Imam Mazhab adalah generasi tersebut. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik adalah generasi Tabi'in sementara Imam Asy Syafi'i dan Imam Ahmad adalah generasi Tabi'ut Tabi'in.
Atas dasar itu, saya bermazhab kepada salah satu Imam Mazhab yang empat. Apalagi memang dari dulu Indonesia bermazhab Imam Syafi'i.
Kalau ada yang bilang mereka berempat kan bisa salah. Lah, apalagi imam setelah generasi mereka? Dan sekarang akhir zaman pula? Di mana ilmu agama sudah banyak yang dicabut bersama hilangnya kitab-kitab karangan ulama dan dicabutnya nyawa ulama.
Kedua, karena saya tak memiliki kemampuan untuk beristinbath.
Tidak syak lagi kalau untuk menjadi mujtahid butuh proses amat panjang. Apalagi mencapai taraf Mujtahid Mutlak seperti Imam Mazhab yang empat.
Saya tak memiliki kemampuan itu. Bahasa arab payah, hafal Alquran dan Hadis pun sedikit banget, ushul fiqh tidak paham, qoul ulama tidak hafal, pendapat sahabat dan ulama tak hafal pula, mentashih hadis mana mampu, tafsir Alquran tak tahu, memahami hadis tak mungkin, nasikh mansukh tak tahu, asbabun nuzul dan wurud gak ngerti, ikhtilaf ulama gak banyak tahu, kondisi masyarakat tak begitu peduli dan masih banyak hal yang tak saya kuasai.
Ketiga, amal ibadah, akhlak, iman dan takwa, adab, metode berpikir dan logika saya tak kesampaian.
Sudah masyhur kalau pribadi Imam Mazhab yang empat sungguh mempesona. Sehingga membuat kita mendecakkan lidah saking kagumnya.
Semisal Imam Malik yang selalu duduk tawarruk saat mengajar sampai kakinya sakit karena ingin mengikuti Rasulullah saw yang duduk tawarruk saat mengajar.
Juga Imam Abu Hanifah yang mematahkan argumen para ateis dengan sekali tebas karena logika beliau dibimbing oleh cahaya iman.
Imam Asy Syafi'i mampu memecahkan puluhan persoalan fikih bagi umat hanya dalam waktu semalam.
Dan Imam Ahmad yang salat sunnahnya dalam sehari mencapai 1.000 rakaat.
Siapalah saya? Tak ada apa-apanya. Begitu ciut diri ini.
Karena itulah saya bermazhab. Saya tak mampu berbuat banyak untuk menjadi seseorang yang gegabah mengambil langsung hukum dan memaksakan paham saya sendiri dalam menjalankan agama. Toh, para ulama dari zaman ke zaman bermazhab, bahkan Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, dua Imam yang mumpuni di dalam ilmu hadis, bermazhabkan Imam Syafi'i.
Lalu, siapakah saya yang tak ada apa-apanya?
Lalu, siapakah saya yang tak ada apa-apanya?
Semoga petunjuk Allah selalu dilimpahkan pada kita semuga dan semoga Allah menjaga iman kita semua. Dan mau mengkaji ilmu agama yang luasnya lebih daripada lautan yang ada bumi.
Aamiin.
Aamiin.
Rahimahumullah Aimmah Arba'ah Madzahib.
Wallahu a'lam bish shawab.