Azab yang Paling Pedih

By Abdullah Abus - 8:49 PM

Oleh : Abdullah Abus

Kalau kita mendengar kata azab, tentu pikiran kita akan melayang pada siksaan yang amat pedih, seperti yang diperoleh kaum-kaum terdahulu maupun siksa neraka, belum lagi siksa padang Mahsyar. Namun, bukankah ada azab yang lebih pedih daripada itu?

Kami tak membicarakan non muslim, karena mereka hanya diuji sedikit di dunia sebelum mau masuk ke dalam Islam. Kami membicarakan tentang azab yang diperoleh oleh seseorang yang sudah berikrar bahwa tiada sesembahan dan pengatur yang harus disembah dan dilayani kecuali Allah dan dengan sukarela mengikuti apa-apa yang dilarang, diperintahkan dan diperbolehkan oleh Rasulullah saw. namun lalai di dunia.

Kalau mau merunut, sungguh umat ini sedang sakit dan tersiksa. Karena hawa dunia yang dulunya adem menjadi panas karena maksiat yang merajalela. Namun, kami hanya akan membahas satu saja azab yang benar-benar membuat kita tak berdaya menghadapinya.

Sesungguhnya azab paling pedih adalah ketika nikmatnya maksiat sudah menggantikan nikmatnya taat.

Mungkin kita akan bertanya-tanya, padahal kita rajin bermaksiat (semoga kita dijauhkan dari ini), tapi tidak ada siksaan yang Allah turunkan. Lalu apakah kita merasa tenang-tenang saja? Lalu dengan happy menambah porsi maksiat kita? Jangan melihat azab secara literal, nanti bisa berbahaya.

Istidraj lebih berbahaya daripada hujan batu, karena kita bisa bertaubat sebelum hujan itu turun, seperti yang dilakukan oleh kaum Nabi Yunus as. Itu karena hakikat istidraj adalah sedikit demi sedikit diberi kesenangan, lama kelamaan jadi bukit siksanya sementara kita tidak sadar.

Sebenarnya ada yang lebih berbahaya dari itu. Yaitu ketika nikmat ibadah tak lagi didapat, dan ibadah sunnah terbengkalai. Dan banyak amalan agama yang tak bisa dilakukan. Bukan karena kita tak mampu, namun Allah sengaja menahan-nahan kita agar tidak melakukan ibadah tersebut sebagai azab bagi orang Islam.

Allah kejam? Subhanallah. Nikmat makan saja kita masih kufur, mau mengelak? Kalau Allah mau, tak akan ada makanan untuk kita nikmati. Tak ada oksigen untuk kita hirup. Dan banyak nikmat yang tak mampu kita syukuri.

Allah sebenarnya sudah Mahabaik, ketika Dia memerintahkan kita untuk menyedekahi setiap sendi yang ada di dalam tubuh kita (semua nikmat yang tidak mudah untuk kita syukuri), hanya dibebankan syariat salat Dhuha dua rakaat saja.

Tapi, masyaallah, dua rakaat Dhuha saja sulit kita lakukan. Apalagi sampai 12 rakaat? Bila itu terjadi, cepat-cepatlah bertaubat. Kami pun masih banyak khilaf, maka dari itu kita saling doakan saja agar azab dijauhkan dari taat dihilangkan dan digantikan dengan lezatnya taat beribadah kepada-Nya.

Semoga tulisan ini bisa jadi kafarat dosa kami selaku penulis. Amin.

Bandung, Ahad 10 Juli 2016

  • Share:

You Might Also Like

0 comments