Salah Satu atau Maruk Saja? (Bagian 1)

By Abdullah Abus - 10:46 AM

Oleh : Abdullah Abus


Baiklah, tulisan ini ditulis setelah lama sekali saya tidak menulis di laman blog. Mungkin tulisan saya terasa kaku, tapi tak apa. Kan memang tulisan saya selama ini terasa kaku. Hahaha.

Ini mungkin sedikit curhat, ya. Tak apa kan, curhat di laman umum? Toh, bukan aib atau suatu hal yang mengerikan, semisal memilih hidup menjadi teroris, misalnya. Tapi, ini lebih ke choice of life (sok Inggris aja ini, nggak tahu betul atau nggak, lol). Well, langsung saja ke inti masalahnya.

Berawal dari ucapan saya sendiri, "Sekarang, saya hanya akan fokus dalam bidang menulis (fiksi) dan desain (grafis dan video) saja." Ada yang salah di situ? Nggak ada, hanya saja, itu menimbulkan beberapa hal yang kini saya renungi. Choice of life. Decision of life. Saya harus menekuni dua hal dalam satu waktu.

Pertama, saya harus fokus dalam bidang menulis (fiksi). Otomatis saya harus mendalami dengan serius segala yang berhubungan dengan fiksi. Baik membaca, menulis, berdiskusi dan menonton/mendengar beberapa referensi. Apakah mudah? Tidak semudah itu, Fernando. Saya yang lemah dalam teori (dan baru banget belajar menulis cerpen ini), malas saat membaca buku atau mendengar teori njelimet tentang sastra. Padahal, seperti Pak Putu Wijaya katakan, akan saya lupakan teori itu setelah dibaca. Serius lho, membutuhkan perjuangan besar untuk fokus membacanya. Saya yang mudah terdistraksi fokusnya, akan kembali membaca karya ketimbang membaca teori. Apakah ini salah? Idk.

Dan untuk fokus ini, saya harus meminggirkan hal lainnya. Apakah saya salah atau tidak untuk menunda membaca macam-macam buku, itu urusan nanti. Referensi bisa didapat kalau inti apa yang saya tekuni sudah saya dapatkan. Apakah ini salah? Sekali lagi, idk. Pokoknya, saya harus fokus dalam satu hal dulu. Bang Batara Al Isra dan M. Irfan Ilmy salah dua yang menginspirasi saya (karena saya kenal dan dengar sendiri kali ya, jadi walaupun memang banyak yang seperti mereka berdua, tapi saya ambil inspirasi dari mereka saja.) Mereka fokus dalam cerpen dan puisi saja. Maka, kenapa tidak saya ikuti? Bedanya, yang satu belum berniat membukukan karyanya, yang satu sudah menerbitkan karyanya.

Apakah saya akan membukukan cerpen-cerpen saya? Tentu, itu adalah salah satu cita-cita saya. Perkara novel, saya belum pede, walau kenyataannya saya pernah menyelesaikan novel panjang yang malas untuk saya revisi saat ini. Bayangkan saja, saat saya merevisi satu halaman, hanya tersisa dua paragraf pendek saja. Itupun setelah saya obrak abrik sambil kecapaian. Maka, saya anggap novel itu sudah selesai. Dan saya belum berhasil lagi menulis novel. Kalau draf sih banyak.

Kembali ke persoalan kumpulan cerpen. Niat membukukan cerpen itu ada. Sayangnya, hal itu akan saya urungkan karena rasanya belumlah layak cerpen-cerpen saya dijadikan sebuah buku. Saya banyak sekali mendapat dorongan untuk mengirimkan cerpen-cerpen saya ke media. Salah satunya adalah Bunda Sinta Yudisia yang menyuruh saya mengirimkan cerpen ke media karena menurut beliau, cerpen-cerpen saya menarik. Beberapa kawan di FLP dan di luar FLP pun meminta hal yang serupa. Jadi sepertinya, kumpulan cerpen saya akan hadir setelah beberapa cerpen saya masuk ke media.

Al 'ajalatu min asy-syaithan. Terburu-buru itu adalah berasal dari (bisikan atau dorongan) setan. Target terbit buku minimal sekali dalam seumur hidup harus saya tunaikan. Buku solo ya, bukan antologi. Karena kata Kang M. Irfan Hidayatullah, buku antologi tidak terhitung dalam daftar buku yang telah diterbitkan dalam catatan sejarah hidup kita. Toh, itu isinya bareng-bareng, bukan sendirian. Jadi, antologi saya tidak termasuk ya.

Apakah tulisan ini selesai sampai di sini? Tentu saja belum. Ada hal lain lagi yang saya risaukan walaupun mungkin hal ini tidak mengganggu orang lain, tapi bagi saya sangat mengganggu sekali. Apa itu?

Yang kedua, soal desain (grafis maupun video). Jadi begini, ...

*Bersambung*

Rumah Sakit
Selasa, 12 Maret 2019
00.40 WIB

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Lanjutkan, mudah-mudahan cita-cita yang diharapkan dapat segera terwujud.

    BalasHapus