By: A. Abus
Menulis adalah
suatu pekerjaan yang sudah dilakukan oleh manusia lamaaa sekali. Apalagi
membuat sebuah cerita. Mungkin kita sudah disuguhkan oleh dongeng2 dan fabel2
dari orang tua kita dulu. Bahkan ada pula legenda suatu daerah yang begitu kaya
akan makna dan pelajaran. Walaupun dahulu itu berasal dari mulut ke mulut, tapi
kini cerita itu bisa dibuat dari mulut ke tulisan.
Banyak kawan2
yang sepertinya kesulitan untuk mulai menulis atau bahkan sulit untuk menulis
lagi bagi yang sudah menulis. Futur, mereka sering menamakannya. Saya memiliki
beberapa saran yang saya dapatkan dari pengalaman saya; walaupun saya masih
pemula. Tapi alangkah baiknya kita mau berbagi ilmu walaupun sedikit. Karena
bagi saya, ilmu adalah pengalaman hidup, bukan tulisan semata.
Ada tujuh saran
yang akan saya bagikan untuk kawan2 semua.
1.
Bergabung
Dengan Komunitas Penulis
Ini
adalah saran yang sangat dasar saya rasa. Dengan berada di lingkungan yang
memiliki kesukaan dan hobi yang sama, mau tak mau kita pasti tertular. Bagi
yang lemas, pasti akan antusias. Bagi yang bodoh, pasti pintar. Bahkan bisa
kebalikannya juga.
Nah,
untuk menjaga semangat kita dalam menulis, lebih baik bergabunglah dengan
komunitas menulis. Jangan lihat jumlah uang pendaftarannya, tapi lihatlah visi
dari kita bergabung disana. Harga yang kita keluarkan di awal (dengan penuh
keikhlasan dan tekad), akan berbuah hasil yang memuaskan di masa depan nanti.
Percayalah!
2.
Tahu
Alasan Mengapa Saya Menulis dan Jadi Penulis
Nah,
ini juga sangat penting. Mengapa saya menulis? Mengapa saya jadi penulis?
Apakah karena asyik saja melihat orang lain yang menulis begitu luar biasa
sehingga ikut2an? Atau karena ingin terkenal dan keliling nusantara untuk
mengisi seminar? Juga alasan yang semata2 hanya untuk menyenangkan hati (baca:
hawa nafsu) kita.
Jangan
kotori niat kita kawan. Alangkah lebih baiknya bila kita menulis agar bisa berbagi
kebaikan (akhlak, pemahaman dll) di tengah masyarakat dunia yang sedang rusak
ini. Juga alangkah baiknya bila menjadi seorang penulis agar nanti kita bisa
menerbitkan buku itu dan menyebarkan kebaikan ke seluruh masyarakat dunia.
Boleh
apabila awalnya ikut2an saja. Tapi agar kita lebih dewasa, ambillah pemahaman
yang saya tulis di atas (setelah sering2 menulis). Semoga tulisan kita akan
menjadi amal kebaikan untuk kita. Aamiin.
3.
Banyak
Membaca Karya-karya Best Seller
Ini
juga saran yang banyak diucapkan oleh banyak orang. Mengapa harus banyak
membaca karya2 tersebut? Tak bisa dipungkiri, pasti ada yang istimewa dari
karya2 tersebut. Maka dari itu, kita bisa menirunya. Tentu saja bukan plagiat,
tapi meniru gaya menulisnya atau penceritaannya. Saya pribadi sering membaca
karya2 yang best seller dan setelah dilihat karya2 itu memiliki gayanya
tersendiri.
Banyak
membaca karya2 best seller juga membuat kita terpacu untuk bisa menghasilkan
karya yang serupa. Tapi ingat, niat kita bukan ingin menjadikan buku itu best
seller. Niat kita adalah menulis dan membagikan kebaikan melalui tulisan kita.
Kalau masalah best seller atau royalti yang besar, itu urusan belakangan. Nanti
akan mengikuti sendiri tanpa diminta. Percayalah.
4.
Menulislah
Walaupun Hanya Satu Baris Dalam Satu Hari
Ini
sangat penting. Karena kita ingin jadi penulis, sudah sewajarnya kita harus
menulis. Jangan muluk2, sebaris saja dalam sehari. Lama kelamaan pasti akan
meningkat. Syukur2 malah panjang dan isinya bermanfaat.
Mengapa
penting? Karena kita harus terus berlatih tiap hari, kawan. Jago menulis itu
karena latihan, bukan karena bakat dari lahir. Tak ada pahlawan yang begitu
lahir langsung jadi pahlawan. Malah kebanyakan mereka adalah orang2 yang
memiliki banyak kesulitan dalam hidupnya dulu. Tapi karena terlatih dalam
banyak hal, akhirnya sukses dan menjadi pahlawan.
Usahakan
dalam satu hari menulis satu baris. Biasanya untuk kaum wanita, dimudahkan
dengan menulis di dalam diary mereka masing2 (walau tak menutup kemungkinan
kaum laki2 pun menulis diary, seperti Pak BJ Habibie dan Pak Dahlan Iskan).
Ingat
kawan, jago menulis adalah latihan dan kebiasaan (habits)!
5.
Perbanyak
Doa
Mungkin
banyak diantara kita menganggap bahwa untuk jago menulis, cukuplah kita
berlatih ‘sendiri’, bekerja ‘sendiri’ dan semuanya serba ‘sendiri’. Tidak, kita tidak bisa ‘sendiri’. Kita membutuhkan Dia. Tuhan
Yang Maha Kuasa.
Saya
pribadi sering berdoa agar dijadikan sebagai penulis yang shaleh, berakhlakul
karimah, cerdas, bijaksana dan lain sebagainya. Kita perlu Dia, kita tak bisa
sendirian. Janganlah menganggap menjadi penulis itu tidak perlu dimasukkan ke
dalam doa. Perlu itu. Bahkan dalam segala aspek, sebenarnya doa itu penting.
Tuhan
yang memiliki tubuh kita, yang memiliki segalanya di dunia ini. Kita perlu
meminta bantuannya. Agar tidak melenceng dari niat yang baik. Agar
diistiqomahkan. Lalu ikhtiar kita, menulis, menulis dan menulis. Membaca, membaca dan membaca.
Jadi,
sudahkah kita berdoa meminta itu pada-Nya?
6.
Memiliki
Komitmen
Penting
sekali memiliki komitmen. Kalau kita tak memiliki komitmen, pupus sudah harapan
kita. Apalagi menjadi penulis, banyak godaannya. Sekali komitmen tak kita
pancangkan dalam hati, akan berantakan semuanya. Lupakan menjadi penulis yang
hebat.
Saya
pribadi membuat sebuah komitmen yang unik.
Dulu
saya adalah seorang gamers PC dan lebih menyukai games daripada menulis. Maka
dari itu, saya memutuskan bergabung dengan sebuah komunitas kepenulisan di
Bandung. Selama pelatihan, jujur saja saya masih memainkan game tersebut di
rumah. Tapi sedikit demi sedikit, saya kurangi (walau tak signifikan).
Tapi
berkat doa saya, setelah pelatihan selesai dan pembagian pin berlogo komunitas
itu, saya mulai berkomitmen untuk jadi penulis. Tak bisa langsung, saya masih
sering main game. Saya berjanji kalau sudah bisa melepaskan diri dari game,
saya akan menyematkan pin itu di tas saya.
Hanya
dalam jangka satu minggu setelah bertekad, saya memutuskan untuk berkomitmen
menjadi penulis dan menghapus data2 game tersebut dari PC. Saya sematkan pin
itu di tas dan tak akan saya lepaskan hingga pin itu rusak. Selamat tinggal
game!
7.
Tuliskan
Ide Di Atas Kertas/Gadget
Sangat
penting. Karena banyak orang2 yang mengeluh karena memiliki ide suatu tulisan
saat tidak berada di depan laptop/notebook tapi ide itu seakan2 tercerabut dari
otak saat sudah ada di depan laptop/notebook. Begitu frustasi memang. Biasanya
kalau yang baru menulis dan ragu2, sering gamang. Akhirnya tidak jadi menulis. Biasanya
karena ide itu datang mendadak saat kita sedang tidak siap.
Nah,
saya sarankan agar kawan2 menyimpan ide itu ke atas kertas/gadget masing2.
Mengapa? Agar kita tidak lupa dengan ide2 itu saat kita sudah ada di depan
laptop/notebook. Jadi kita tinggal menuliskannya, tanpa terganggu oleh lupa akan
ide2 tersebut.
Mungkin hanya
ini yang bisa saya bagikan. Sebenarnya masih banyak kalau kawan2 mau
mencarinya. Ingat, ilmu adalah kehidupan, bukan sekadar tulisan di atas kertas.
Dan ilmu menulis akan mudah dicari karena itu berkaitan dengan kehidupan. Maaf
tulisannya kurang baik. Sama2 belajar.
Selamat
menulis!
Bandung, 10
Juni 2013
0 comments